๐ŸŽˆ Kelebihan Dan Kekurangan Madrasah Aliyah

InformasiPendidikan, Sekolah dan Madrasah Terkini. Tautan Twibbon Sukses ANBK 2021 #1; Download Spanduk HUT RI Ke 76 Untuk Instansi Pemerintah, Sekolah, Madrasah Format CDR dan PPT BukuAjar Kurikulum 2013 Kelas X Madrasah Aliyah", dapat diselesaikan dengan baik, walaupun tidak sepenuhnya sempurna dan tidak luput dari kesalahan dan kekurangan.Tanpa pertolongan dan limpahan kekuatan dari-Nya, maka karya akademik ini mustahil dapat diselesaikan.Shalawat serta Berdasarkanidentifikasi kekuatan dan kelemahan tersebut, madrasah menentukan program, kegiatan, dan sub kegiatan yang akan dilaksanakan. Klasifikasi program, kegiatan dan sub kegiatan berdasarkan kelebihan dan kekurangan tersebut adalah: 1. Terhadap indikator kinerja yang telah dicapai: a. A Pengertian Al-Qur'an. Para ulama' dan pakar/ahli dalam bidang ilmu Al-Qur'an telah mendefinisikan Al-Qur'an menurut pemahaman mereka masing-masing, baik secara etimologi maupun terminologi. Secara etimologi para ulama' berbeda pendapat dalam mendefinisikan Al-Qur'an. Berikut adalah beberapa pendapat tersebut. a. PDF| Having a specific excellence that is different to other educational institutions can be an attractiveness of madrasah. This excellence needs to be | Find, read and cite all the research KEUNGGULANDAN KEKURANGAN SISTEM PEMBELAJARAN SAAT SAYA MENEMPUH PENDIDIKAN MI-MA Oleh : Ahmad Ali Musyafa' Ketika saya menempuh jalur pendidikan mulai dari Madrasah Ibtida'iyah (MI) hingga Madrasah Aliyah (MA) banyak sekali sistem pembelajaran yang sudah saya peroleh. Oleh karena itu, sistem pembelajaran yang di terapkan pada saat saya Hasiltemuan penelitian menunjukkan kelebihan dan kekurangan bahwa sekolah-sekolah di bawah Departemen Agama Kota Salatiga dalam mengimplementasikan Nilai-nilai Total Quality Management (TQM). Tabel 4.1 Sarana dan Prasarana Madrasah Aliyah Negeri 1 Salatiga Tahun melaksanakanobservasi di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Karanganyar, guru pengampu mata pelajaran bahasa Arab kelas X menjelaskan bahwa dalam pembelajaran bahasa Arab memiliki kelebihan dan kelemahan. Adapun kelebihan-kelebihannya adalah memiliki sarana dan prasarana yang memadai untuk membantu memperlancar kegiatan belajar mengajar di kelas guruperlu: (1) mengetahui kelebihan dan kekurangan para siswanya, (2) merencanakan kegiatan yang sesuai dengan tingkat kemampuan siswa, (3) membangun pengetahuan dan ketrampilan siswa baik yang dia peroleh di sekolah maupun di rumah, (4) menggunakan catatan kemajuan siswa (assessment). 3. Murid mempelajari matematika baik secara mandiri maupun . Bagi Kamu yang sebentar lagi akan masuk sekolah lanjutan, tentunya bingung dalam menentukan pilihan adalah wajar. Banyak sekali siswa SMP yang bingung harus kemana nanti setelah lulus, mau ke SMA, SMK, atau MA. Ternyata tidak hanya 3 jurusan itu saja, ada satu lagi sekolah kejuruan yang juga patut dipertimbangkan, yakni Madrasah Aliyah Kejuruan atau MAK. Lalu, apa sih kelebihan Madrasah Aliyah Kejuruan? Yuk disimak ya! Perbedaan MAK dan SMK Bagi Kamu yang perlu pertimbangan dalam memilih sekolah, berikut ini ada beberapa perbedaan antara SMA, MA, MAK dan SMK. Kira-kira apa saja perbedaan dari masing-masing sekolah tersebut? SMA atau sekolah menengah atas merupakan sekolah berstatus umum yang dapat ditempuh selepas SMP. Mata pelajaran sekolah ini mengglobal secara umum. Jadi tidak hanya di satu jurusan saja, misalnya administrasi atau otomotif. Cakupan bidang ilmunya pun luas, namun biasanya berdasar pada dua kelompok, yaitu IPA dan IPS. Untuk MA atau Madrasah Aliyah, sekolahnya juga hampir sama dengan SMA. Pembelajarannya termasuk umum namun semuanya dilandasi dengan agama. Jadi jika di SMA porsi pendidikan agama tidak akan sebanyak di MA. Adapun mata kuliah MA adalah Aqidah, Akhlak, Hadist, Al-Qurโ€™an, dan lain sebagainya. Sedangkan untuk MAK atau Madrasah Aliyah Kejuruan, mata pelajarannya hampir mirip dengan MA, yakni berisi porsi pelajaran agama yang lebih banyak dibanding SMA. Namun bedanya, jika MA lebih bersifat umum, maka MAK lebih bersifat penjurusan layaknya SMK. Inilah mengapa MAK sering disebut SMK versi agama. Kelebihan Madrasah Aliyah Kejuruan MAK Berbicara mengenai kelebihan Madrasah Aliyah Kejuruan, ada beberapa kelebihan yang bisa dibicarakan, yakni 1. MAK Mirip dengan SMK Seperti yang sudah dibahas, MAK sangat mirip dengan SMK. Perbedaannya hanya pada porsi pendidikan agamanya saja. Pasalnya, MAK ada dibawah Kementerian Agama yang mana pembelajaran agama Islamnya harus lebih banyak dibanding sekolah umum lainnya. 2. Mata Pelajarannya Mirip MA Seperti MA, mata pelajaran MAK juga ada berupa Al-Qurโ€™an dan Al-Hadits, Aqidah, Tajwid, dan juga Akhlak. Lalu, ada pula mata pelajaran Fiqih yang sulit bagi beberapa anak layaknya anggapan Fisika di SMA. 3. Mata Pelajaran Umum Juga Ada Tidak hanya agama dan penjurusan, mata pelajaran umum seperti olahraga, seni budaya, keterampilan, hingga pendidikan kewarganegaraan juga ada di MAK. Jadi kalian jangan khawatir tidak akan diajar mata pelajaran ini ya. 4. Bisa Untuk Belajar Agama Mendalam Bagi Kamu yang suka pelajaran agama namun masih belum ingin masuk pondok, maka Kamu bisa masuk MAK. Disana, Kamu bisa belajar lebih dalam tentang ilmu agama sementara ilmu lainnya juga bisa didapat. 5. Pergaulannya Juga Masih Menyenangkan Umumnya lingkup pertemanan anak SMA, pergaulan di MAK juga masih menyenangkan dan tidak melulu serius seperti di Pondok. Kamu masih bisa hangout, berbicara dengan lawan jenis dalam diskusi kelompok, dan juga lain sebagainya. Demikian ulasan tentang kelebihan Madrasah Aliyah Kejuruan. Semoga bermanfaat. Learning the History of Islamic Culture in Madrasas must be oriented, meaningful, and relevant to the times. Learning does not work well without using methods according to the material being taught. Learning the history of Islamic culture at this time has not been running as it should, as students' perceptions of learning the history of Islamic culture are boring. This study basically examines the problematics of learning the history of Islamic culture in Madrasah Aliyah in Aceh Jaya. The formulation of the problem what problems are faced in learning as well as what steps are taken in overcoming the problem of learning the history of Islamic culture ?. The results showed that students' perceptions of learning the history of Islamic culture were less interesting and could even be said to be boring. In order to improve the persession, there have been several attempts by teachers in the study of the history of Islamic culture in Madrasas. The efforts made by the teacher are 1 improving the learning strategy, the teacher of Islamic cultural history subjects has tried to do creativity, namely using a variety of methods, of course, student-centered; 2 provide motivation to learn every time a meeting; 3 assessing the process at each meeting; 4 using an individual, educational, experience and historical approach. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Jurnal MUDARRISUNA Vol. 10 No. 1 Januari-Maret 2020 15 DOI PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM DI MADRASAH Abdul Haris Hasmar Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh, Aceh, Indonesia email Abstract Learning the History of Islamic Culture in Madrasas must be oriented, meaningful and relevant to the times. Learning does not work well without using methods according to the material being taught. Learning the history of Islamic culture at this time has not been running as it should, as students' perceptions of learning the history of Islamic culture are boring. This study basically examines the problematics of learning the history of Islamic culture in Madrasah Aliyah in Aceh Jaya. The formulation of the problem what problems are faced in learning as well as what steps are taken in overcoming the problem of learning the history of Islamic culture ?. The results showed that students' perceptions of learning the history of Islamic culture were less interesting and could even be said to be boring. In order to improve the persession, there have been several attempts by teachers in the study of the history of Islamic culture in Madrasas. The efforts made by the teacher are 1 improving the learning strategy, the teacher of Islamic cultural history subjects has tried to do creativity, namely using a variety of methods, of course, student-centered; 2 provide motivation to learn every time a meeting; 3 assessing the process at each meeting; 4 using an individual, educational, experience and historical approach. Keywords Problematics; Learning; Islamic Culture History; Madrasah PENDAHULUAN Pendidikan agama Islam di Madrasah terdiri atas mata pelajaran al-Quran Hadits, Aqidah Akhlak, Fiqh dan Sejarah Kebudayaan Islam. Al-Quran Hadits, menekankan pada kemampuan baca tulis yang baik dan benar, memahami makna secara tekstual dan kontekstual Al-Quran dan Hadits, serta mengamalkan kadungannya dalam kehiudpan sehari-hari. Aspek akidah menekankan pada kemampuan memahami dan Problematika Pembelajaranโ€ฆ 16 mempertahankan keyakinan/ keimanan yang benar serta menghayati dan mengamalkan nilai-nilai asmaโ€™ul husna. Aspek akhlak menekankan pada pembiasaan untuk melaksanakan akhlak terpuji dan menjauhi akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari. Aspek fiqh menekankan pada kemampuan melaksanakan ibadah dan muamalah yang benar dan baik. Sedangkan aspek sejarah kebudayaan Islam menekankan pada kemampuan mengambil hikmah dari peristiwa-peristiwa bersejarah perkembangan agama Islam, meneladani tokoh-tokoh berprestasi, dan mengaitkan dengan fenomena sosial, budaya politik, ekonomi, ilmu pengetahuan dan lain-lain untuk mengembangkan kebudayaan dan peradaban Islam. Mata pelajaran sejarah kebudayaan Islam dalam kurikulum Madrasah adalah salah satu bagian dalam mata pelajaran pendidikan agama Islam yang diarahkan untuk menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati sejarah kebudayaan Islam yang kemudian menjadi dasar pandangan hidupnya way of life melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, pelatihan, penggunaan pengetahuan dan pembiasaan. Mata pelajaran sejarah kebudayaan Islam yang sangat mendasar adalah terletak pada kemampuan menggali nilai, makna, aksioma, ibrah/hikmah, dalil, dan teori dari fakta sejarah yang ada. Oleh karena itu dalam tema-tema tertentu indikator keberhasilan belajar akan sampai pada capaian ranah afektif. Jadi materi sejarah kebudayaan Islam tidak saja merupakan transfer of knowladge, tetapi juga merupakan pendidikan nilai value education. Kemampuan yang melekat pada sosok guru profesional salah satunya berkaitan dengan kemampuan mengembangkan bidang ilmu yang ditekuni atau bahan ajar yang sesusai dengan konteks kurikuler dan kebutuhan peserta didik paedagogical content knowladge. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Pasal 20, diisyaratkan bahwa guru diharapkan mengembangkan materi pembelajaran, yang kemudian dipertegas melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Jurnal MUDARRISUNA Vol. 10 No. 1 Januari-Maret 2020 17 Permendiknas nomor 41 tahun 2007 tentang Standar Proses, yang antara lain mengatur tentang perencanaa proses pembelajaran yang mensyaratkan bagi pendidik pada satuan pendidikan untuk mengembangkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP. Guru selanjutnya diharapkan mampu mengembangkan bahan ajar dan mengimplementasikan dalam pembelajaran. Namun masalah penting yang sering dihadapi guru dalam kegiatan pembelajaran adalah memilih atau menentukan materi pembelajaran atau bahan ajar yang tepat dalam rangka membantu siswa mencapai kompetensinya. Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam pada Madrasah secara baik haruslah berorientasi, bermakna dan relevan dengan perkembangan zaman, guru membuat kegiatan terprogram dalam desain instruksional, sehingga membuat siswa belajar secara aktif yang menekankan pada penyediaan sumber belajar. Selain daripada itu perlu juga dipahami bahwa pembelajaran tidak berhasil dengan baik tanpa menggunakan metode sesuai dengan materi yang diajarkan. Pembelajaran sejarah kebudayaan Islam saat ini belum berjalan sebagaimana mestinya, hal ini dibuktikan dengan hasil belajar siswa pada mata pelajaran sejarah kebudayaan Islam sebagian besar masih pada batas KKM. Penelitian ini akan mengkaji apa yang sebenarnya terjadi dalam pembelajaran sejarah kebudayaan Islam pada Madrasah di Aceh Jaya. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pembelajaran sejarah kebudayaan Islam yang bermanfaat sebagai referensi ilmu pengetahuan dan upaya mencari formula pembelajaran sejarah kebudayaan Islam. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian lapangan field research menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati dari penelitian. Metode deskriptif Problematika Pembelajaranโ€ฆ 18 merupakan penelitian yang bertujuan menggambarkan dan menelaah pada masa-masa sekarang Lexy, 1999236. Penelitian ini dilakukan pada Madrasah di Aceh Jaya sedangkan pengumpulan data informasi didapatkan secara observasi dan wawancara, Imam Bawani, 201678. Analisis data menggunakan analisis kualitatif, yakni analisis data yang tidak dapat dinominasikan dengan menggunakan angka, melainkan disajikan berupa keterangan, penjelasan, dan pembahasan teori. Data hasil penelitian yang diperoleh, selanjutnya di analisis sesuai dengan tujuan penelitian. Setiap data yang didapatkan dari observasi dan wawancara dianalisis melalui 3 tiga tahapan, yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. PEMBAHASAN 1. Telaah Tujuan Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah merupakan salah satu mata pelajaran yang menelaah tentang asal-usul, perkembangan, peranan kebudayaan persadaban Islam di masa lampau mulai dari masa nabi Muhammad periode Mekah dan Madinah, kepemimpinan umat setelah Rasulullah SAW wafat, perkembangan Islam periode klasik/zaman keemasan 650-1250, Perkembangan Islam pada abad pertengahan/kemundurun 1250-1800, Perkembangan Islam pada masa modern/zaman kebangkitan 1800 sampai sekarang, perkembangan Islam di Indonesia dan di dunia. Secara subtansial Sejarah Kebudayaan Islam memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati sejarah kebudayaan Islam yang mengandung nilai-nilai kearifan yang dapat digunakan untuk melatih kecerdasan, membentuk sikap, watak dan kepribadian peserta didik. Adapun tujuan mata pelajaran sejarah kebudayaan Islam di Madrasah Aliyah ialah Jurnal MUDARRISUNA Vol. 10 No. 1 Januari-Maret 2020 19 a. Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya mempelajari landasan ajaran nilai-nilai dan norma-norma dalam Islam yang telah dibangun oleh Rasulullah dalam rangka mengembangkan kebudayaan Islam. b. Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya waktu dan tempat yang merupakan sebuah proses dari masa lampau, kini dan masa depan. c. Melatih daya kritis peserta didik untuk memahami fakta sejarah secara benar dengan didasarkan pada pendekatan ilmiah. d. Menumbuhkan apresiasi dan penghargaan peserta didik terhadap peninggalan sejarah Islam sebagai bukti peradaban umat Islam. e. Mengembangkan kemampuan peserta didik dalam mengambil ibroh dari peristiwa-peristiwa bersejarah, meneladani tokoh berprestasi dan mengaitkannya dengan fenomena sosial, budaya, politik, ekonomi, iptek dan seni dan lain-lain untuk mengembangkan kebudayaan dan peradaban Islam. Dalam Winarno Surachmad 197342 proses belajar mengajar tidak mungkin tercapai jika guru yang mengajar tersebut tidak memahami tujuan yang telah dirumuskan, hal ini sesuai dengan kutipan berikut yaitu โ€œbila guru kurang memahami makna tujuan yang telah dirumuskan maka sukar diharpakan dapat mebimbing murid ke arah yang lebih tinggi, jika telah disadari tujuan yang akan dicapai sangat penting, maka guru akan melalui cara-cara mengajar yang wajar untuk mencapai tujuan.โ€ Adapun ruang lingkup pembelajaran sejarah kebudayaan Islam di Madrasah Aliyah adalah Dakwah Nabi Muhammad pada periode Mekah dan periode Madinah, kepemimpinan umat setelah Rasulullah SAW wafat, perkembangan Islam periode klasik/zaman keemasan 650-1250, Problematika Pembelajaranโ€ฆ 20 perkembangan Islam pada abad pertengahan/kemunduran 1250-1800, perkembangan Islam pada masa modern/zaman kebangkitan 1800 sampai sekarang, perkembangan Islam di indonesia dan di dunia. Selain memahami tujuan dan pembelajaran seorang guru juga diharapkan dapat memahami fungsi dari pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam disekolah, Setidaknya ada tiga fungsi dasar pembelajaran sejarah kebudayaan Islam, yaitu a. Fungsi Edukatif; yaitu sejarah menegaskan kepada siswa tentang keharusan menegakkan nilai, prinsip, sikap hidup yang luhur dan Islami dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. b. Fungsi Keilmuan; yaitu melalui sejarah siswa memperoleh pengetahuan yang memadai tentang masa lalu Islam dan kebudayaannya. c. Fungsi Transformasi; yaitu sejarah merupakan salah satu sumber yang sangat penting dalam merancang transformasi masyarakat. Cakupan materi sejarah kebudayaan Islam merupakan bagian tak terpisahkan dari rumpun mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Oleh karena itu setiap aspeknya dikembangkan dalam suasana pembelajaran yang terpadu, meliputi a. Keimanan yang memberikan peluang kepada peserta didik untuk mengembangkan pemahaman adanya Allah SWT sebagai sumber kehidupan. b. Pengamalan,memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mempraktekkan dan merasakan hasil hasil pengamalan keyakinan akidah dan akhlak dalam menghadapi tugas dan masalah dalam kehidupan. c. Pembiasaan, memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk membiasakan sikap dan perilaku yang baik yang sesuai dengan Jurnal MUDARRISUNA Vol. 10 No. 1 Januari-Maret 2020 21 ajaran Islam dan budaya bangsa dalam menghadapi tugas dan masalah dalam kehidupan. d. Rasional, usaha memberikan peranan kepada rasio akal peserta didik dalam memahami dan membedakan berbagai materi dalam standar materi serta kaitannya dengan perilaku yang baik dengan perilaku yang buruk dalam kehidupan duniawi. e. Emosional, upaya menggugah perasaan emosi peserta didik dalam menghayati perilaku yang sesuai dengan ajaran agama dan budaya bangsa. f. Fungsional, menyajikan materi sejarah kebudayaan Islam dari segi manfaatnya bagi peserta didik dalam kehidupan sehari-hari dalam arti luas. g. Keteladanan, yaitu menjadikan figure pribadi-pribadi teladan dan sebagai cerminan dari manusia yang memiliki keyakinan tauhid yang teguh dan berprilaku mulia. Berdasarkan dari uraian di atas jelas bahwa guru diharapkan mengetahui dan memahami tujuan, ruang lingkup, fungsi dan pendekatan yang telah dirumuskan dan disusun dalam kurikulum sehingga dapat mengarahkan dan membimbing murid-muridnya untuk dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Apabila seorang guru telah memahami dan mengetahui tujuan pembelajara sejarah kebudayaan Islam dengan baik, maka ia dapat memberi arah dalam mengajarkan sejarah kebudayaan Islam dengan baik, baik evaluasi dan juga penggunaan metode dan media yang tepat. 2. Telaah Strategi Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam. Strategi merupakan usaha untuk memperoleh kesuksesan dan keberhasilan dalam mencapai tujuan. Dalam kamus Purwadarminta Problematika Pembelajaranโ€ฆ 22 1976, secara umum metode adalah cara yang telah teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai suatu maksud. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, metode adalah cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan. Metode berasal dari bahasa Inggris yaitu Method artinya melalui, melewati, jalan atau cara untuk memperoleh sesuatu. Pada mulanya istilah strategi digunakan dalam dunia militer yang diartikan sebagai cara penggunaan seluruh kekuatan militer untuk memenangkan suatu peperangan. Sekarang, istilah strategi banyak digunakan dalam berbagai bidang kegiatan yang bertujuan memperoleh kesuksesan atau keberhasilan dalam mencapai tujuan. Seseorang yang berperan dalam mengatur strategi akan menimbang bagaimana kekuatan pasukan yang dimilikinya baik dilihat dari kuantitas maupun kualitas. Selanjutnya ia akan mengumpulkan informasi tentang kekuatan lawan. Setelah itu baru menyusun tindakan apa yang harus dilakukan, baik tentang siasat peperangan, taktik dan teknik peperangan, maupun waktu untuk melakukan suatu serangan. Dengan demikian dalam menyusun strategi perlu memperhitungkan berbagai faktor, baik faktor dari dalam maupun dari luar Sanjaya, 2008125. Dalam kamus pelajar 2003228 Strategi adalah usaha untuk memperoleh kesuksesan dan keberhasilan dalam mencapai tujuan. Istilah strategi berasal dari kata benda dan kata kerja dalam bahasa Yunani. Sebagai kata benda, strategos, merupakan gabungan kata strategos militer dengan ago memimpin. Sebagai kata kerja, stratego berarti merencanakan to planโ€. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, โ€œstrategi adalah rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus. Strategi adalah suatu pola yang direncanakan dan ditetapkan secara sengaja untuk melakukan kegiatan atau tindakan. Dalam dunia pendidikan, โ€œstrategi dapat diartikan sebagai a plan, method, or series of activities designed to achieves a particular educational goal. Maksudnya yaitu, strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai Jurnal MUDARRISUNA Vol. 10 No. 1 Januari-Maret 2020 23 perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan rangkaian kegiatan, termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya atau kekuatan dalam pembelajaran yang disusun untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam hal ini adalah tujuan pembelajaran Sanjaya, 200824. Strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif efisien. Strategi pembelajaran juga merupakan suatu set materi dan prosedur pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar pada siswa Sanjaya, 200824. Menurut Ramly Maha 19971, โ€œStrategi pembelajaran adalah kemampuan mengatur langkah-langkah dan menata semua potensi yang ada agar suatu rancangan pembelajaran akan disusun bermanfaat seoptimal mungkin, sehingga suatu kegiatan pembelajaran tercapai sasarannyaโ€. Sedangkan menurut Nana Sudjana 200324 Strategi mengajar adalah โ€œtaktik yang digunakan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran agar dapat mempengaruhi para siswa mencapai tujuan secara efektif dan efisienโ€. Sama halnya dengan uraian di atas, maka strategi pembelajaran pendidikan agama Islam adalah kegiatan yang dipilih pengajar dalam proses pembelajaran sehingga memperlancar tercapainya tujuan pembelajaran pendidikan agama Islam. Pembahasan mengenai strategi pembelajaran berhubungan dengan topik perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Bila ketiga hal tersebut dapat dijalankan, maka akan menunjang keberhasilan penerapan strategi pembelajaran, termasuk pembelajaran agama. a. Perencanaan Pembelajaran Perencanaan pembelajaran merupakan suatu proses penyusunan alternatif kebijaksanaan mengatasi masalah yang akan dilaksanakan dalam rangka pencapaian tujuan pembangunan pendidikan nasional dengan mempertimbangkan kenyataan-kenyataan yang ada di bidang Problematika Pembelajaranโ€ฆ 24 sosial ekonomi, sosial budaya dan kebutuhan pembangunan secara menyeluruh terhadap pendidikan nasional Harjanto 20057. Ide perencanaan pembelajaran yang baru dikenal sekitar tahun 50-an, sekarang telah luas mempengaruhi pemikiran tentang pendidikan. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah memungkinkan manusia menyusun rencana itu secara sistematis dengan menggunakan perhitungan-perhitungan, maka lahirlah perencanaan pengajaran dalam arti modern. Perencanaan pengajaran seharusnya dipandang sebagai suatu alat yang dapat membantu para pengelola pendidikan untuk lebih menjadi berdaya guna dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. Perencanaan dapat membantu pencapaian suatu sasaran secara lebih ekonomis, tepat waktu dan memberi peluang untuk lebih mudah dikontrol dan dimonitor dalam pelaksanaannya. Karena itu perencanaan sebagai unsur dan langkah pertama dalam fungsi pengelolaan pada umumnya menempati posisi yang sangat penting dan sangat menentukan. Perencanaan merupakan suatu langkah persiapan dalam melaksanakan suatu pekerjaan untuk mencapai tujuan tertentu. Proses penyusunan rencana yang harus diperhatikan adalah menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan untuk mencapai tujuan, yaitu dengan mengumpulkan data, mencatat dan menganalisis data serta merumuskan keputusan Burhanuddin, 199851. Perencanaan pembelajaran berkaitan erat dengan kurikulum, silabus, dan RPP. Kurikulum merupakan salah satu komponen yang sangat menentukan dalam suatu sistem pendidikan. Oleh karena itu, kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan dan sekaligus sebagai pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran dalam semua jenis dan tingkat pendidikan. Kurikulum berasal dari bahasa Yunani yaitu curere yang berubah menjadi kata benda curriculum. Kata ini pertama dipakai dalam dunia atletik yang diartikan sebagai suatu jarak untuk perlombaan yang harus Jurnal MUDARRISUNA Vol. 10 No. 1 Januari-Maret 2020 25 ditempuh oleh seorang pelari untuk mencapai garis finish. Dalam arti sempit, kurikulum diartikan sebagai sejumlah materi yang disajikan dalam jangka waktu tertentu untuk mencapai kriteria tertentu sehingga dinyatakan lulus pada suatu atau sejumlah mata pelajaran. Kurikulum dapat diartikan sebagai seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Zakiah Daradjat memandang kurikulum sebagai suatu program yang direncanakan dalam bidang pendidikan dan dilaksanakan untuk mencapai sejumlah tujuan-tujuan pendidikan tertentu. Silabus dapat didefinisikan sebagai garis besar, ringkasan, ikhtisar, dan pokok isi atau materi pelajaran. Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu mata pelajaran atau tema tertentu yang mencakup kompetensi dasar, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian dan sumber belajar. Silabus bermanfaat sebagai pedoman dalam pengembangan pembelajaran lebih lanjut seperti pembuatan rencana pembelajaran. Silabus merupakan pengembangan kurikulum berupa penjabaran lebih lanjut dari standar kompetensi dan kompetensi dasar yang ingin dicapai. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang telah dijabarkan dalam silabus. Lingkup RPP paling luas mencakup satu kompetensi dasar yang terdiri atas satu atau beberapa indikator untuk satu kali pertemuan atau lebih. Kurikulum, silabus dan RPP merupakan tiga mata rantai yang berurutan dalam penyelenggaran kegiatan pembelajaran. Kurikulum merupakan dasar penyusunan silabus dan silabus merupakan dasar penyusunan RPP. b. Pelaksanaan Pembelajaran Setelah ditetapkan dan disusun suatu perencanaan pembelajaran, maka tahap selanjutnya adalah pelaksanaan. Pelaksanaan adalah Problematika Pembelajaranโ€ฆ 26 melaksanakan atau mengaplikasi-kan hal-hal yang direncanakan dalam bentuk penyampaian pembelajaran. Strategi penyampaian isi pembelajaran berkaitan dengan metode pembelajaran. Fungsi penyampaian pembelajaran adalah untuk menyampaikan isi pembelajaran kepada peserta didik dan menyediakan informasi atau bahan-bahan yang diperlukan peserta didik dalam proses belajar mengajar. Metode adalah seperangkat cara, jalan dan teknik yang digunakan oleh pendidik dalam proses pembelajaran agar peserta didik dapat mencapai tujuan pembelajaran atau menguasai kompetensi tertentu yang telah dirumuskan. Metode mengajar dapat diartikan sebagai cara yang dipergunakan oleh guru dalam membelajarkan peserta didik saat berlangsungnya proses belajar mengajar Ramayulis, 2008185. Metode pembelajaran memegang peranan yang sangat penting dalam mendukung kegiatan belajar mengajar. Penggunaan metode tersebut selain harus mempertimbangkan tujuan yang ingin dicapai, juga harus memperhatikan bahan pelajaran yang akan diberikan, kondisi anak didik, lingkungan dan kemampuan dari guru itu sendiri. Suatu metode mungkin hanya cocok dipakai untuk mencapai tujuan tertentu, dan tidak cocok untuk mencapai tujuan yang lain. Metode tertentu mungkin hanya cocok untuk sasaran peserta didik tertentu dan lingkungan tertentu, namun tidak cocok bagi peserta didik dan lingkungan yang berbeda. Namun, terlepas dari metode mana yang akan digunakan terdapat suatu hal yang harus dipertimbangkan yaitu metode tersebut hendaknya tidak hanya terfokus pada aktivitas guru, melainkan juga pada aktivitas peserta didik. Metode pembelajaran sebaiknya dapat mendorong timbulnya motivasi, kreativitas, inisiatif peserta didik untuk berinovasi, berimajinasi, berinspirasi, dan berapresiasi. Dengan cara tersebut peserta didik tidak hanya menguasai materi pelajaran dengan baik, melainkan dapat pula menguasai proses mendapatkan informasi tersebut, serta mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Jurnal MUDARRISUNA Vol. 10 No. 1 Januari-Maret 2020 27 Dalam surat An-Nahl ayat 125 Allah SWT berfirman ๎€ƒ๎ƒ‰๎‚ธ๎ƒŒ๎‚ฎ๎ƒ‰๎‚ฆ๎€ƒ๎€ƒ๎€ƒ๎ƒˆ๎…„๎ƒŠ๎‚ฆ๎€ƒ๎€ƒ๎ƒŠ๎‡ฒ๎ƒŒ๎ˆˆ๎ƒŠ๎†ฆ๎ƒˆ๎‡‡๎€ƒ๎€ƒ๎ƒˆ๎‡ฎ๎ƒŠ๎ƒ‹๎†ฅ๎ƒˆ๎‚ฐ๎€ƒ๎€ƒ๎ƒŠ๎†จ๎ƒˆ๎‡ธ๎ƒŒ๎‡ฐ๎ƒŠ๎ƒŒ๎…ซ๎ƒŠ๎Šช๎€ƒ๎€ƒ๎ƒŠ๎†จ๎ƒˆ๎‡œ๎ƒŠ๎‡Ÿ๎ƒŒ๎ˆ‚๎ƒˆ๎‡ธ๎ƒŒ๎‡ณ๎‚ฆ๎ƒˆ๎ƒ‚๎€ƒ๎€ƒ๎ƒŠ๎†จ๎ƒˆ๎‡ผ๎ƒˆ๎‡ˆ๎ƒˆ๎ƒŒ๎…ซ๎‚ฆ๎€ƒ๎€ƒ๎ƒŒ๎‡ถ๎ƒ‰๎ƒŒ๎…ฎ๎ƒŠ๎‚ฎ๎†ข๎ƒˆ๎†ณ๎ƒˆ๎ƒ‚๎€ƒ๎€ƒ๎ƒŠ๎…•๎„‹๎‡ณ๎ƒŠ๎Šช๎€ƒ๎€ƒ๎ƒˆ๎ˆ†๎ƒŠ๎‡ฟ๎€ƒ๎€ƒ๎ƒ‰๎‡บ๎ƒˆ๎‡ˆ๎ƒŒ๎†ท๎ƒˆ๎‚ฆ๎€ƒ๎€ƒ๎„‹๎ƒ€๎ƒŠ๎‚ฆ๎€ƒ๎€ƒ๎ƒˆ๎‡ฎ๎„‹๎†ฅ๎ƒˆ๎‚ฐ๎€ƒ๎€ƒ๎ƒˆ๎ˆ‚๎ƒ‰๎‡ฟ๎€ƒ๎€ƒ๎ƒ‰๎‡ถ๎ƒˆ๎‡ด๎ƒŒ๎‡Ÿ๎ƒˆ๎‚ฆ๎€ƒ๎€ƒ๎ƒŒ๎‡บ๎ƒˆ๎ƒŠ๎… ๎€ƒ๎€ƒ๎„‹๎‡ฒ๎ƒˆ๎‡“๎€ƒ๎€ƒ๎€ƒ๎ƒŒ๎‡บ๎ƒˆ๎‡Ÿ๎€ƒ๎€ƒ๎ƒŠ๎‡พ๎ƒŠ๎‡ด๎ƒŒ๎ˆˆ๎ƒŠ๎†ฆ๎ƒˆ๎‡‡๎€ƒ๎€ƒ๎ƒˆ๎ˆ‚๎ƒ‰๎‡ฟ๎ƒˆ๎ƒ‚๎€ƒ๎€ƒ๎ƒ‰๎‡ถ๎ƒˆ๎‡ด๎ƒŒ๎‡Ÿ๎ƒˆ๎‚ฆ๎€ƒ๎€ƒ๎ƒŠ๎Šช๎€ƒ๎€ƒ๎ƒˆ๎‡บ๎ƒŒ๎ˆ‡๎ƒŠ๎†พ๎ƒˆ๎†ฌ๎ƒŒ๎ˆ€๎ƒ‰๎‡ธ๎ƒŒ๎‡ณ โ€œSerulah manusia kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat di jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjukโ€. QS. An-Nahl 125 Pengajaran pendidikan agama merupakan suatu mata pelajaran yang bersifat khas, maka diperlukan metode khusus pula. Metode khusus ini dapat dibangun melalui pemaduan dari berbagai metode pengajaran yang ada. Yang paling ideal untuk metodologi pengajaran pendidikan agama adalah metode integratif, yakni dengan memasukkan metode suatu mata pelajaran yang lain. Hanya saja tidak mudah untuk diterapkan. Selain itu, dalam penggunaan metode harus selalu disesuaikan dengan kelas dan jenis mata pelajaran yang disajikan. Juga perlu diingat bahwa setiap jenis metode ada kelebihan dan kelemahannya. Karena itu, kepandaian dan kecermatan dalam memilih metode akan sangat dipengaruhi oleh faktor pengalaman dan kreativitas guru agama itu sendiri. Sebelas metode mengajar, yaitu metode ceramah, metode tanya jawab, metode diskusi, metode pemberian tugas, metode demonstrasi, metode karya wisata, metode kerja kelompok, metode bermain peran, metode dialog, metode bantah-membantah dan metode bercerita Suparlan, 200538. 3. Temuan penelitian dan upaya guru dalam mengatasinya Mengajar dikatakan efektif apabila dalam prosesnya meliputi tiga langkah, yaitu langkah sebelum mengajar, langkah pelaksanaan mengajar dan langkah sesudah mengajar. Langkah sebelum mengajar meliputi membuat perangkat pembelajaran, menentukan tujuan pembelajaran dan Problematika Pembelajaranโ€ฆ 28 menentukan model pembelajaran. Langkah pelaksanaan mengajar, langkah ini berupa pelaksanaan model pembelajaran dan penerapan strategi yang telah dirancang untuk membawa murid mencapai tujuan pembelajaran. Langkah sesudah mengajar, langkah ini berupa pengukuran dan penilaian hasil mengajar sehubungan dengan tujuan yang telah ditetapkan oleh guru. Dari proses penilaian inilah kegiatan guru dapat dilihat efektif atau tidak proses pembelajaran yang telah diberikan oleh guru dan berhasil tidaknya siswa dalam mengikuti pengajaran. Keberhasilan pengajaran tidak hanya dilihat dari hasil belajar yang dicapai oleh siswa, tetapi juga dari hasil prosesnya. Hasil belajar pada dasarnya merupakan akibat dari suatu proses belajar. Ini berarti bahwa optimalnya hasil belajar siswa bergantung pula pada proses belajar siswa dan proses mengajar guru, oleh karena itu perlu dilakukan penilaian terhadap proses belajar mengajar. Suatu proses pembelajaran sejarah kebudayaan Islam dinyatakan berhasil apabila hasilnya memenuhi tujuan pembelajaran, yang menjadi petunjuk bahwa suatu proses belajar mengajar dianggap berhasil apabila daya serap terhadap bahan/materi pelajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi baik secara individual maupun kelompok dan perilaku yang digariskan dalam tujuan pembelajaran telah dicapai oleh siswa baik secara individual maupun kelompok. Penelitian ini telah menghasilkan suatu kesimpulan bahwa selama ini problema yang terjadi yang mengakibatkan hasil belajar sejarah kebudayaan Islam siswa sebagaian besar berada pada batas KKM bahkan dibawahnya adalah persepsi siswa terhadap pembelajaran sejarah kebudayaan Islam negatif. Persepsi ini telah diwariskan oleh pendahulu Jurnal MUDARRISUNA Vol. 10 No. 1 Januari-Maret 2020 29 mareka bahwasanya belajar sejarah kebudayaan Islam itu tidak enak, mengundang ngantuk, membosankan dan lain sebagainya. Problematikan diatas sudah menjadi momok menakutkan bagi guru, dan hal tersebut disadari oleh guru mata pelajaran sejarah kebudayaan Islam itu sendiri. Ternyata selama ini yang menjadi faktor utama rendahnya hasil belajar siswa bukanlah pada ketidakmampuan siswa memahami pelajaran, namun lebih kepada cara berfikir siswa mindset yang masih belum diluruskan. Hasil penelitian juga membuktikan bahwa problematika tersebut walaupun menjadi dilema bagi guru mata pelajaran sejarah kebudayaan Islam tentunya upaya untuk memperbaiki image atau persepsi tersebut terus dilakukan. Adapun upaya yang dilakukan guru adalah sebagai berikut a. Memperbaiki strategi pembelajaran. Masalah strategi atau metode pembelajaran menjadi masalah utama dalam proses pembelajaran sejarah kebudayaan Islam pada Madrasah Aliyah di Aceh Jaya, dimana selama ini guru hanya menggunakan metode konvensional dan terkadang metode tersebut tidak sesuai dengan materi dan tujuan yang ingin dicapai. Kondisi ini membuat siswa jenuh dan merasa bosan, untuk mengatasi masalah ini, hasil wawancara dengan guru mata pelajaran sejarah kebudayaan Islam bahwa guru mata pelajaran sejarah kebudayaan Islam telah berupaya melakukan kreatifitas, yakni menggunakan metode yang bervariasi tentunya yang berpusat pada siswa, bukan lagi berpusat pada guru. Hal ini diharapkan siswa dapat meningkatkan semangat belajar dan tujuan pembelajaran akan lebih mudah tercapai, serta untuk mencapai tujuan pembelajaran yang lebih maksimal, selain penggunaan metode yang bervariasi, guru juga menyesuaikan dengan materi. Problematika Pembelajaranโ€ฆ 30 Penggunaan media pembelajaran juga merupakan faktor pendukung keberhasilan pembelajaran. Selama ini guru kurang menggunakan media dikarena madrasah masih kekurangan dalam bidang sarana prasarana. Untuk mengatasi masalah media maka guru telah berusaha mencari peluang dengan mengajarkan anak-anak kerja kelompok untuk mengasilkan sebuah media dari hasil kreatifitas siswa sendiri. b. Memberi motivasi belajar setiap kali pertemuan; Dalam usaha meningkatkan hasil belajar, guru mata pelajaran sejarah kebudayaan Islam selalu memberi motivasi setiap berinteraksi dengan siswa. Tanpa motivasi dalam interaksi siswa selalu mencari cara agar proses belajar mata pelajaran sejarah kebudayaan Islam tidak berjalan dengan lancar. Adapun cara guru memotivasi siswa adalah salah satunya dengan memanfaatkan media secara maksimal. c. Melakukan penilaian proses setiap kali pertemuan. Persoalan penilaian atau evaluasi hasil belajar juga menjadi perhatian penting dimana evaluasi adalah kegiatan atau cara yang ditujukan untuk mengetahui tercapai atau tidaknya tujuan pembelajaran dan juga proses pembelajaran yang telah dilakukan, pada tahap inilah guru mata pelajaran sejarah kebudayaan Islam melakukan penilaian proses pembelajaran. Adapun penilaian proses yang dimaksud adalah setiap pertemuan guru mata pelajaran sejarah kebudayaan Islam selalu mengantongi nilai sikap sikap spiritual dan sosial, nilai pengetahuan dan nilai keterampilan. Adapun nilai sikap terdiri dari ketika siswa membaca doa memulai dan mengakhiri pelajaran, nilai pengetahuan terdiri dari kemampuan kognitif siswa dalam memahami materi pelajaran sedangkan nilai keterampilan di ambil dari unjuk kerja siswa pada buku catatan. Jurnal MUDARRISUNA Vol. 10 No. 1 Januari-Maret 2020 31 d. Menggunakan pendekatan individu, edukatif, pengalaman dan historis. Langkah selanjutnya adalah pendekatan yang digunakan guru sejarah kebudayaan Islam dalam mengatasi masalah pembelajaran adalah pendekatan individu, edukatif, pengalaman dan pendekatan historis. Dengan pendekatan ini diharapkan dapat memperbaiki persepsi siswa terhadap pembelajaran sejarah kebudayaan Islam serta dapat meningkatkan hasil belajar. PENUTUP Dalam mengajar guru dapat menciptakan kelas yang hidup dengan penggunaan metode yang bervariasi dan guru berusaha untuk menyediakan buku paket pribadi. Diharapkan kepada guru untuk membina, membimbing serta memberikan penyuluhan kepada siswa untuk meningkatkat minat dan motivasi belajar siswa dan menyediakan buku-buku penunjang yang dianggap relevan. Madrasah harus menyediakan media yang lengkap sehingga guru bidang studi lebih mudah dalam mengajar di samping itu guru juga harus dapat membuat media sendiri. Berdasarkan kesimpulan yang telah diambil, dapat diberikan saran; 1 diharapkan kepada guru lebih kreatif dalam menentukan dan memilih strategi pembelajaran sehingga sesuai tahapan perkembangan pengetahuan siswa dan sesuai dengan tujuan dan materi yang akan diajarkan oleh guru agar tujuan pembelajaran tercapai dengan baik; 2 diharapkan kepada guru untuk menciptakan kelas yang hidup, menyenangkan dan lebih kreatif bagi siswa agar pembelajaran lebih bermakna. Dan diharapkan kepada kepala sekolah untuk mengoptimalkan sarana dan prasarana di sekolah, sehingga siswa dapat termotivasi untuk belajar bersama sesuai dengan indikator- indikator yang telah dipilih dalam silabus. Problematika Pembelajaranโ€ฆ 32 REFERENSI A. Hasyim, Kebudayaan Aceh dalam Sejarah, Jakarta Beuna, 1983. Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, Jakarta Rajawali Pers, 2009. Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta Logos, 1997. Ahmad Rohani, Abu Ahmadi, Pengelolaan Pengajaran. Jakarta Cipta, 1991. Beni Ahmad Saebeni, Metode Penelitian, Cet. I, Bandung Pustaka Setia, 2008. Daryanto, Evaluasi Pendidikan, Jakarta Rineka Cipta, 1997. Departemen Pendidikan Agama RI, Pedoman Khusus Sejarah kebudayaan Islam, Jakarta Departemen Pendidikan Agama RI, 2004. Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga, Jakarta Balai Pustaka, 2005. Dewi Salma Prawiradilaga, Mozaik Teknologi Pendidikan, Jakarta Kencana, 2007. Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta Rineka Cipta, 1998. Harjanto, Perencanaan Pengajaran, Jakarta Rineka Cipta, 2005. Imam Bawani, Metodologi Penelitian Pendidikan Islam, Sidoarjo Khazanah Ilmu Sidoarjo, 2016. Meleong J Lexy, Metode Penelitian Kuantitatif, Bandung Rosda Karya, 1999. Muhaimin dkk, Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Bandung Rosdakarya, 2004. Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, Jakarta Logos, 1999. Roestiyah, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta Rineka cipta, 1991. Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses belajar mengajar, Bandung Remaja Rosdakarya, 2004. Pusat Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Pelajar, Bandung Remaja Rosdakarya, 2003. Ramayulis, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Jakarta Kalam Muia, 1994. Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta Kalam Mulia, 2008. Ramly Maha, Strategi Pembelajaran, Banda Aceh KKD Rahmad, 1997. Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung Alfabeta, 2010. Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta Bina Aksara, 1995. Jurnal MUDARRISUNA Vol. 10 No. 1 Januari-Maret 2020 33 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta Rineka Cipta, 1993. Suparlan, Menjadi Guru Efektif, Yogyakarta Hikayat, 2005. Syaiful Bahri Djamarah dan Azwar Zain, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta Rineka Cipta, 1996. Syaodih S. Nana dan Ibrahim R, Perencanaan Pembelajaran, Jakarta Rineka Cipta, 2003. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta Balai Pustaka, 1991. Wina Sanjaya, Penelitian Tindakan Kelas, Cet. III, Jakarta Kencana, 2011. Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran, Jakarta Prenada Media, 2008. Winarno Surachmad, Dasar dan Tehnik Interaksi Belajar Mengajar, Bandung Tarsito, 1973. Yusak Burhanuddin, Administrasi Pendidikan, Bandung Pustaka Setia, 1998. Zakiah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta Bumi Aksara, 2004. ... Hasmar, A. H. 2020. Problematika Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah. ...Sri HarmonikaMuhamad SadarudinGunawan SuparmoAbstrak Sejarah kebudayaan Islam atau SKI termasuk pelajaran yang sulit dipahami siswa dibandingkan dengan mata pelajaran lain, karena SKI mempelajari sesuatu yang sudah terjadi, dan tidak dialami langsung oleh siswa. Salah satu metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah tersebut adalah metode pembelajaran timeline. Pendekatan timeline adalah metode garis waktu yang dibuat secara runtun dan sistematis. Pendekatan Garis waktu lebih menarik disajikan secara bergambar atau simbol-simbol, sehingga pembahasan mengenai peristiwa SKI dapat dipahami dengan jelas. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan pemahaman siswa pada mata pelajaran SKI melalui penerapan pembelajaran timeline. Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen jenis one group pretest-posttest design. Sampel penelitian terdiri atas 18 siswa kelas VIII. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rata-rata sebelum memberikan pembelajaran timeline yaitu 62,50. Adapun setelah menerapkan metode timeline, nilai rata-rata siswa sebesar 79,17. Kemudian melalui hasil uji-t diperoleh nilai signifikansi 0,000, artinya nilai signifikansi 2 tailed < 0,05. Maka dapat dikatakan bahwa penggunaan metode pembelajaran timeline dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap mata pelajaran sejarah kebudayaan Nabil FahmiThis study aims to analyze historical criticism and double movement methods as alternative paradigms and methods that can be used in learning of Islamic Civilizations History Sejarah Kebudayaan Islam. This method is intended to maximize the learning objectives of SKI, likewise, it can be relevant and contextual to the needs and developments of the times. Through literature review and content analysis methods, this study concludes that using historical criticism and double movement methods can be an alternative for implementing SKI learning. The history of the past is seen as dynamic and progressive-transformative. So that SKI learning does not stop at historical facts or is trapped in the romanticism of the past. Learning methods that can be used and developed include creative and meaningful learning, critical reasoning in understanding history, and integrative-interconnective SKI learning. [Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penggunaan metode kritik sejarah dan double movement sebagai alternatif paradigma dan metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam SKI. Penggunaan metode tersebut ditujukan sebagai upaya untuk memaksimalkan tujuan pembelajaran SKI, agar tetap relevan dan kontekstual dengan kebutuhan dan perkembangan zaman. Melalui kajian pustaka dan metode analisis isi, penelitian ini menyimpulkan bahwa penggunaan metode kritik sejarah dan double movement dapat menjadi alternatif penyelenggaraan pembelajaran SKI. Sejarah masa lalu dipandang sebagai sesuatu yang dinamis serta progresif-transformatif, sehingga pembelajaran SKI tidak berhenti pada fakta sejarah saja maupun terjebak pada romantisme masa lalu. Metode pembelajaran yang dapat digunakan dan dikembangkan antara lain pembelajaran yang kreatif dan bermakna; pengembangan nalar kritis dalam memahami sejarah; serta pembelajaran SKI yang integratif-interkonektif.]A HasyimA. Hasyim, Kebudayaan Aceh dalam Sejarah, Jakarta Beuna, NataFilsafat PendidikanIslamAbuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta Logos, RohaniH M AhmadiPengelolaan PengajaranAhmad Rohani, Abu Ahmadi, Pengelolaan Pengajaran. Jakarta Cipta, I Departemen Pendidikan AgamaPedoman Khusus Sejarah Kebudayaan IslamDepartemen Pendidikan Agama RI, Pedoman Khusus Sejarah kebudayaan Islam, Jakarta Departemen Pendidikan Agama RI, Dewi SalmaDewi Salma Prawiradilaga, Mozaik Teknologi Pendidikan, Jakarta Kencana, Dimyati DanDimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta Rineka Cipta, dkk, Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di SekolahJ MeleongMetode Penelitian LexyKuantitatifMeleong J Lexy, Metode Penelitian Kuantitatif, Bandung Rosda Karya, 1999. Muhaimin dkk, Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Bandung Rosdakarya, K Roestiyah, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta Rineka cipta, 1991.

kelebihan dan kekurangan madrasah aliyah